KEPEMUDAAN
DAN KEORGANISASI
Oleh : Bayu Pramutoko, SE,MM
( Dosen Fak Ekonomi Uniska- Kediri )
Berbicara mengenai dinamika pemuda atau remaja, adalah
dengan melihat perkembangan tingkah-tingkah laku Pemuda/remaja, perkembangan
yang lebih terarah dapat dipergunakan pada tujuan-tujuan hidupnya kelak, akan
tetapi sifat yang dinamis itu dapat menemukan penghalang yang mengakibatkan
adanya tingkah laku, di luar kehormatan atau bersifat pathologis. Pandangan ini
mengandung pengertian bahwa tingkah lakunya dapat dibina dan dituntun kearah
perkembangan yang dianggap paling bernilai di dalam masyarakat.
Beberapa bahasan tentang pemuda dapat dilihat dari
beberapa aspek yaitu diantaranya adalah :
A. Pemuda/Remaja Sebagai Aspek Kultural dan
Indivudual.
Konsepsi yang lebih bersifat politis di Indonesia pada
umumnya menentukan batas umur pemuda (misalnya dalam organisasi gerakan pemuda)
“antara 15 sampai 35 tahun hingga 40 tahun “. Akan tetapi konsepsi serupa
ini tidak akan membawa kita lebih maju dalam usaha memahami pemuda dari sudut
perkembangannya. Untuk periodisasi perkembangan itu secara psychologis pedagogis
diperlukan pertimbangan-petimbangan yang lain.
Dalam membahas kedudukan pemuda/remaja di
tengah-tengah masyarakat dalam era melenium seperti sekarang ini, pandangan
resmi dari pandangan para ahli psikologi mengenai sifat golongan pemuda (15—35
tahun) itu antara lain adalah demikian:
“…….manusia mengalami kejadian psychologis yang
penting yakni pada masa transisi manusia meninggalkan
masa ke kanak-kanakan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.
Masa transisi ini terdiri atas
beberapa periode; periode-periode yang terkenal seperti periode Prae-oubertet,
pubertet sebenarnya dan post-pubertet. ”
Sifat-sifat permulaan dalam periode-periode
tersebut diatas ialah munculnya keinginan menunjukkan sikap-sikap berani, ingin
diperhatikan orang, yang sebenarnya sifat-sifat tersebut pada permulaan hanya
merupakan sifat yang demonstratif unuk menyembunyikan kegelisahan-kegelisahan
yang belum dikenalnya.
Sikap-sikap ini dikemudian menjadi sempurna setelah ia
dapat menemui dirinya sendiri, menemui harga kehidupan dan membuat percobaan
dengan harga ini serta hasrat untuk segera masuk ke dalam masyarakat dan
mengenal kebudayaan.
Pada masa ini anak muda berusaha mendapatkan status
sebagai manusia; ada kecenderungan untuk berusaha kearah emansipasi dengan melepaskan
taraf ke kanak-kanakan di mana ia senantiasa harus tunduk kepada kehendak orang
tua, karena dianggap rendah dalam umur, pengalaman dan kecakapan.
Perkembangan yang besar secara physis, intelektual dan
emosional memberikan kepadanya dasar-dasar yang kuat untuk mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan dalam banyak lapangan, yang menjadi daya kritis
dengan semakin banyak minat kepada soal-soal teoritis.Semakin berkembang
pengertian serta penghargaan nilai-nilai semakin terbentuklah pandangan hidup
serta cita-cita yang ingin dikejarnya dengan disertai kegiatan-kegiatan sosial,
yang kini tidak lagi terbatas pada lingkungan rumah dan sekolah semata-mata.
Dalam periode masa muda, sifat-sifat yang berani bertambah dengan sifat-sifat
yang dinamis, revolusioner, radikal dan kritis. Sifat kepemudaan sudah lebih
positif.
Remaja adalah masa kematangan atau kedewasaan. Masa
ini merupakan masa yang paling rawan dalam kehidupan manusia. Anak muda
mempunyai tingkat emosional yang sangat tinggi serta mudah terpengaruh oleh
segala sesuatu yang didengar dan disaksikan. Oleh karena itu, krisis remaja
pada saat ini lebih kompleks dan lebih rawan.
Harapannya adalah pada masa mendatang mereka akan
menjadi tiang masyarakat dan memegang tanggung jawab di dalamnya. Remaja adalah
pemindah warisan dan kejayaan dari generasi tua ke para remaja atau dari bapak
ke cucu. Kalau suatu masyarakat merasa rugi karena generasi mudanya telah
rusak, maka masyarakat itu telah kehilangan eksistensinya.
B. Permasalah Pemuda/remaja :
-
Krisis Sosial / Lingkungan
Lingkungan sosial remaja sangat mempengaruhi
pembentukan jiwa, tujuan, prinsip, dan sebagainya. Apabila lingkungan telah
mengajarkan mereka untuk berbuat menyimpang, maka perbuatan menyimpang tersebut
akan menjadi suatu kebiasaan. Dan apabila lingkungan mengajarkan mereka untuk
berbuat baik meraka tidak akan terbiasa dan tidak akan bisa untuk berbuat
menyimpang. Sehingga sangat kecil kemungkinan bagi mereka yang telah diajarkan
oleh lingkungannya tentang menghadapi kerasnya hidup yang pernah masalah, dan
menyelesaikannya untuk lari dari masalah mereka ( frustasi ) dan berakibat
melakukan aktivitas yang terlarang, seperti mengkonsumsi minuman keras dan
narkoba sebagai palariannya. Karena mereka terlalu tegar untuk dirapuhkan.
- Krisis
Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Keimanan dan ketaqwaan seorang remaja sangat
mempengaruhi jalan pikiran, tujuan prinsip dan perilaku mereka. Remaja yang
selalu beribadah tetapi imtaqnya kurang maka remaja itu masih mudah rapuh.
Berbeda dengan remaja yang beribadah dengan ikhlas dan memilih kualitas imtag
yang tinggi, dia akan memiliki pengendali diri ( self controlling ) yang kuat
menahan dirinya untuk tidak terjerumus pada narkoba, karena dengan imtagnya dia
akan menjadi tegar dan berpondasi kuat.
C. Interaksi Sosial Menjelang Dewasa.
Persoalan-persoalan yang penting dalam pertumbuhan
seorang pemuda/remaja menjelang dewasa adalah:
1. Pemuda Secara Pribadi dan Masalah Penyesuaian.
Pembicaraan mengenai soal-soal penyesuaian. Agaknya
antara lain hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa perubahan syarat-syarat
hidup itu selalu meminta kemampuan dari setiap individu untuk menyesuaikan diri
sehingga masalah penyesuaian diri menjadi satu masalah yang serius bagi manusia
yang tengah berkembang itu.
Dengan bertambahnya pengalaman dan pengetahuan mereka,
minat-minat tertentu dapat dikembangkan dan minat-minat yang lain dapat
diadakan. Malahan dengan pengalaman dan pengetahuan baru itu, dapat ambil
minat-minat yang baru pula. Nampaknya ada hubungan yang erat antara jenis-jenis
minat dengan taraf kematangan seseorang. Pada masa awal, minat umumnya bersifat
sangat pribadi dalam arti kata sangat berpusat pada Aku seorang remaja. Tetapi
kemudian akan tampak bahwa dengan makin dewasa, minat akan berkembang ke arah
sifat sosial. Hal ini nampak baik di dalam kalangan pemuda-pemuda Indonesia
maupun di kalangan pemuda-pemuda di luar negeri yang memiliki sifat kebudayaan
yang berlainan. Minat bergantung pada pengalaman, tetapi tidak ditentukan
olehnya saja sebab sifat-sifat pribadi ikut pula menentukan perkembangannya.
Malahan perkembangan fisik dan pengaruh-pengaruh kelenjar tubuhnyapun dapat
mempengaruhi minat seseorang.
Kematangan jiwanya dari tahun ke tahun memperlihatkan
perhatian yang mahir pada kaidah-kaidah sosial dan nilai-nilai kesusilaan
yang terdapat dalam masyarakat orang dewasa. Sehingga makin mendekatkan mereka
pada taraf kedewasaan makin kokoh dan stabil pula minat-minat mereka terhadap
soal-soal tertentu. Umumnya, minat-minat mereka disesuaikan hampir-hampir
“dengan sendirinya” dengan norma-norma sosial. Hanya di dalam situasi tertentu
di mana seorang pemuda menghendaki sesuatu bentuk yang menyimpang dari norma
sosial, barulah mulai timbul persoalan yang serius bagi pemuda/remaja itu
sendiri. Keadaan serupa ini dapat menimbulkan situasi konflik yang sangat
mempengaruhi sikap dan perbuatan mereka.
Sikap sebagai sebuah bentuk perkembangan, adalah
penting sekali di dalam menentukan perbuatan seseorang, oleh karena unsur-unsur
penting di dalam sikap mencakup sifat-sifat seperti taraf pengetahuan
prasangka, pandangan-pandangan terpola, kecenderungan-kecenderungan serta
perasaan-perasaan tertentu mengenai setiap hal, baik di dalam arti yang positif
maupun negatif.Prasangka-prasangka yang tertanam sedemikian awal itu nampak
kemudian sangat besar pengaruhnya terhadap proses pembentukan Konsep-Aku pada
pemuda/remaja.
Secara umum, aspek kepribadian di bidang sikap ini
dapat dikatakan lebih bersifat idealistis daripada bersifat realistis. Hal ini
menimbulkan kecenderungan mereka untuk – bila diperlukan — tidak mengikuti
“cara” orang dewasa yang usang”. Hanya di dalam hal-hal yang bersifat
intelektuil nampak bahwa adolesen lebih mudah berpedoman pada pandangan-pandangan
orang dewasa, dan bersedia untuk mengikuti sebanyak mungkin.
Sikap-sikap penyesuaian diri para pemuda selanjutnya
berkaita dengan :
- Pemuda/remaja dengan Keluarga
- Pemuda/remaja dengan sesame pemuda
- Pemuda/remaja dengan masyarakat.
2. Pemuda/remaja di Persimpangan Jalan
Makin hari makin ramai dibicarakan orang gejala
meningkatnya kenakalan atau kejahatan remaja. Sebagian cenderung mempersalahkan
sekolah yang gagal menjalankan fungsinya, sebahagian lagi menyalahkan orangtua
(terutama dari apa yang disebut golongan “elite”), sebagian lagi menyalahkan
kebudayaan Barat. Ada pula yang menyalahkan pemuda itu sendiri. Bilamana dapat
diketahui dengan lebih pasti jumlah dan jenis kenakalan atau kejahatan yang
dilakukan oleh para remaja, kita akan lebih tertegun.
Kejahatan kanak-kanak adalah pengertian juridis, yang
menetapkan batas umur tertentu dimana seorang remaja dihadapkan pada pengadilan
kanak-kanak bila ketahuan berbuat salah. Pengertian ini terbatas sekali sifatnya
sebab tidaklah mempersoalkan kenakalan-kenakalan atau bentuk-bentuk protes yang
dimanifestasikan oleh para pemuda dengan tidak usah merupakan sesuatu kejahatan
(ditinjau dari ketertiban umum). Kenakalan pemuda sebagian besar adalah
persoalan psychologis dan biososial.
Secara populer terdapat pula pendapat bahwa para
pemuda yang tergolong nakal pada umumnya adalah pemuda-pemuda yang bertingkat
inteligensi rendah. Tetapi penyelidikan-penyelidikan tidak membuktikan
kebenaran pendapat tersebut. Kejahatan kanak-kanak terdapat di kalangan pemuda
yang berinteligensi agak rendah maupun di kalangan muda yang memiliki
inteligensi cukup tinggi. Penyelidikan-penyelidikan tersebut selanjutnya tidak
dapat membenarkan pendapat bahwa memang terdapat jenis kelompok manusia
tertentu yang mempunyai sifat-sifat kelompok jahat.Akan tetapi di dalam
kenyataan sehari-hari memang dapat terjadi bahwa kasus-kasus yang dihadapi oleh
petugas-petugas hukum dan oleh para pendidik akan banyak terdiri dari mereka
yang tidak tergolong cerdas.
Di dalam keadaan serupa ini, adalah tugas masyarakat
untuk menyusun rencana-rencana kegiatan “lingkungan ketiga” (yaitu di dalam
masyarakat sendiri, sesudah keluarga dan sekolah) yang bernilai edukatif dan
rekreatif. Banyak kegiatan sosial yang dapat dilakukan oleh para pemuda, dan
yang akan dilakukan oleh mere-ka dengan kegairahan, bilamana saja penyusunan
program itu benar-benar berorientasi pada tahap-tahap perkembangan pemuda.
Organisasi pencinta alam, organisasi kepanduan,
kegiatan-kegiatan ilmiah regu-regu kesejahteraan sosial, olahraga dan kesenian,
dan banyak lagi ternyata selalu menarik perhatian mereka untuk mereka jadikan
bidang-bidang eksplorasi membentuk pribadi dan menemukan identitas mereka.
II. ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Banyak pertanyaan yang sering muncul ketika kita masuk
atau mengikuti kegiatan sebuah organisasi diantaranya :
- Motivasi Apa saya masuk organisasi ?
- Apa dan bagaimana itu Organisasi ?
- Siapa saja didalam organisasi ?
- Apa yang kita lakukan di Organisasi ?
- Apa dan bagaimana itu management ?
- Apa pula management organisasi
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan
tindakan atau perbuatan, sehingga seseorang tentunya memiliki dorongan dalam
dirinya untuk masuk sebuah lembaga atau oraganisasi diantaranya :
- Fisiologis yaitu mencari kebutuhan hidup
- Kasih sayang yaitu dorongan untuk bergaul dengan individu lainya
- Pengakuan yaitu dorongan karena dia ingin diakui
- Penghargaan yaitu dorongan karena dia ingin dihargai kemampuannya.
- Aktualisasi diri yaitu dorongan dia karena ingin memperluas wawasan.
A. PENGERTIAN ORGANISASI
Menurut Indriyo G.S dan Nyoman Sudita “ Organisasi adalah suatu system yang
terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan
berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan
Organisasi yaitu orang – orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang dilakukan berdasar atas suatu aturan tertentu dan
penjabaran fungsi pekerjaan secara formal.
B. Tujuan dan Manfaat
- Secara umum
Agar proses pekerjaan tercapai dengan cara diatur,
disusun sehingga seluruh pekerjaan dapat diselesaikan secara efktif dan
efisien.
- Secara khusus
- Bidang agama 5. meningkatkan pendidikan moral dan iman.
- Bidang sosial 6. kemanusiaan
- Bidang ekonomi 7. mencari laba
- Bidang politik 8. mencari kekuasaan
c. Manfaat yang diharapkan adalah agar pelaksanaan
tugas dilakukan lebih baik terkoordinir dan tujuan serta jalannya pekerjaan
tercapai secara efektif dan efisien.
- C. Asas / prinsip organisasi
- Asas / prinsip perumusan dan penentuan tujuan
- Asas / prinsip pembagian kerja
- Asas / prinsip pendelegasian wewenang
- Asas / prinsip organisasi
- Asas / prinsip efisiensi sederhana
- Asas / prinsip pengawasan umum
- Struktur Organisasi Garis
Digunakan pada perusahaan / lembaga yang sederhana /
kecil
- Struktur Organisasi Fungsional
Susunan organisasi yang memberikan gambaran pembagian
tugas dan wewenang menurut fungsi pekerjaan
III. PENGERTIAN MANAGEMEN SECARA UMUM
Managemen yaitu proses yang terdiri dari rangkaian
kegiatan. Kegiatan : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian /
pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan
melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya.
A. MANAGEMEN SEBAGAI ILMU DAN SENI
- 1. MANAGEMEN SEBAGAI ILMU
Diartikan sebagai upaya pencapaian tujuan dengan
pendekatan, menjelaskan fenomena, gejala, dan mentransformasikan dan
mengidentifikasikan berdasar kaidah ilmiah.
Ciri – ciri :
(1). Prinsip – prinsip managemen dapat
dipelajari
(2). Pengambilan keputusan didekati dengan
kaidah ilmiah
(3). Obyek dan sarana sebagian elemen bersifat
materi
2. MANAGEMEN SEBAGAI SENI
Diartikan sebagai pendekatan pencapaian tujuan lebih
banyak dipengaruhi oleh kekuatan pribadi, bakat, karakter pelaku managemen.
Ciri – ciri :
(1). Keberhasilan pencapaian tujuan dipengaruhi
oleh sifat dan bakat
(2). Dalam proses pencapaian tujuan melibatkan
unsur naluri, perasaan dan intelektual
(3). Faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pekerjaan adalah kekuatan pribadi yang kreaif ditambah skill.
B. FUNGSI – FUNGSI MANAGEMEN
Fungsi manager dalam managemen secara menyeluruh
:
(1). Planing atau perencanaan
Merencanakan kegiatan yang hendak dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(2). Organising atau pengorganisasian
Menyusun, menentukan, menetepkan, jenis tugas dan
kewajiban setiap fungsi.
(3). Staffing atau penyusunan staf
Penyusunan dan penetapan serta pengembangan meliputi kegiatan
mulai merekrut pegawai, usaha memanfaatkan, mengembangkan sampai mendayaguna
secara maksimal.
(4). Directing atau pengarahan
Memberikan komando, mengerakkan dengan memberi
perintah, juga memberikan kepemimpinan kepada bawahan supaya dapat melaksanakan
tugas secara efektif dan efisien.
(5). Coordinating atau pengkoordinasian
Yaitu mengkoordinir seluruh pekerjaan diantara
pekerjaan yang satu dengan yang lain merupakan totalitas.
(6). Controlling atau pengawasan
Usaha untuk memberikan penilaian, koreksi, evaluasi
atas semua kegiatan dan secara terus – menerus melakukan monitoring baik
pekerjaan yang sedang dilakukan ataupun pekerjaan yang sudah dilakukan.
C. Efektifitas Individu, Kelompok,
dan Organisasi
Efektifitas dapat diartikan sebagai sebuah prestasi
(perfomance) Individu, Kelompok, dan organisasi. Semakin berprestasi seseorang,
Kelompok ataupun organisasi, semakin menunjukkan efektivitasnya. Analisis
terhadap perilaku Organisasional (organizational befavior) terdiri dari
tingkatan (level) yaitu Individu, Kelompok, dan organisasi.
Perspektif Terhadap Efektifitas dapat diidentifikasi
menjadi efektifitas Individu,kelompok, dan organisasi. Penyebab Efektifitas
tidak lain adalah adanya Individu, Kelompok, dan organisasi. Seperti
ditunjukkan pada gambar berikut ini
Efektifitas Individu
- Kemampuan
- Keahlian
- Pengetahuan
- Sikap
- Motivasi
- Stres
Efektifitas kelompok
- Keakraban
- Kepemimpinan
- Struktur
- Status
- Peranan
- Norma
Efektifitas Organisasi
- Lingkungan
- Teknologi
- Pemilihan
- Strategi
- Struktur
- Proses
- Kultur
Keterangan:
- Menunjukkan bahwa Efektifitas Kelompok Lebih Tinggi dibandinkan dengan sekedar penjumlahan individu.
- Begitu Juga efektifitas Organisasi adalah lebih tinggi dibandingkan dengan penjumlahan efektifitas kelompok.
- Hal ini menunjukkan bahwa prestasi organisasi lebih tinggi dibandingkan dengan penjumlahan prestasi bagian-bagian yang ada dalam organisasi.
Pendekatan Efektifitas untuk dapat mencapai suatu target
sasaran efektifitas organisasi memerlukan beberapa pendekatan yang akan berguna
untuk memberikan jalur searah dalam mencapai tujuan organisasi. Pendekatan
tersebut :
- Pendekatan Tujuan menetapkan suatu target yang akan dicapai oleh organisasi dan efektivitas ditentukan dengan mengukur tercapainya tujuan (target) tersebut.
2. Pendekatan Teori Sistem Teori sistem ini menekankan
pentingnya organisasi
terhadap permintaan dari luar (external
demand) sebagai kriteria untuk menentukan
efektifitas. Bisa dilihat pada alur
gambar dibawah ini :
Input ———-à Proses ———-à Output ————-à Lingkungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar